Siapakah Generasi Milenial?
Istilah milenial menggambarkan sekelompok orang yang lahir antara tahun 1981 dan 1996. Istilah milenial digunakan karena anggota tertua dari generasi ini menjadi dewasa pada pergantian milenium ketiga Masehi. Mereka juga disebut sebagai Gen Y, karena mereka adalah sekumpulan orang yang menggantikan Gen X. Salah satu karakteristik yang paling menentukan dari generasi ini adalah kemudahan akses dan penggunaan perangkat digital, internet, dan media sosial. Mereka juga cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya.
Generasi milenial juga berhasil membawa perubahan besar dalam cara pasar seni di seluruh dunia beroperasi. Dengan serangkaian sikap, preferensi, dan cara operasi baru mereka, para kolektor muda yang berpengaruh ini telah mengubah cara seni dipersepsikan dan dikonsumsi. Di sini, kami mengeksplorasi bagaimana generasi milenial memandang seni dan budaya dan bagaimana hal itu membuka jalan bagi perubahan dramatis dalam pasar seni.
Lebih Mungkin Memilih Karya Seni yang Terjangkau dan Mudah Diakses
Meskipun generasi milenial cenderung lebih terdidik daripada generasi sebelumnya, hal ini tidak berarti akses yang lebih tinggi terhadap sumber daya keuangan. Situasi ekonomi yang tidak stabil, tekanan untuk memperoleh keahlian yang relevan, dan menjauhnya mereka dari jalur karier klasik dan tradisional, semuanya mengakibatkan tingkat pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama. Hal ini membuat mereka menjauh dari kalangan atas yang mahal, seniman tua, dan mencari karya seni yang lebih terjangkau dan mudah diakses.
Lebih Mungkin Tertarik pada Seni Dibandingkan Generasi Tua
Generasi milenial senang mengekspresikan gaya mereka melalui lingkungan dan koleksi mereka. Seni adalah salah satu media yang membantu mereka menunjukkan minat dan kepekaan estetika mereka, yang menjelaskan ketertarikan alami mereka pada seni. Anak-anak muda ini menghargai pengalaman pribadi, dan karya seni yang unik menarik bagi lanskap emosional mereka yang intens dan penuh gairah. Mereka menyukai seni sebagai pengalaman sekaligus investasi dan juga sebagai media untuk meningkatkan ekuitas merek mereka. Mereka tidak malu melihat seni sebagai aset yang dapat membangun kekayaan dan menghargai potensi penjualannya kembali.
Dampak Media Sosial
Seperti dalam sebagian besar aspek kehidupan mereka, tidak mengherankan bahwa generasi milenial menemukan sebagian besar karya seni mereka secara daring. Kolektor generasi milenial adalah pekerja jejaring sosial yang terus aktif, baik daring maupun luring. Mereka paham teknologi dan lebih suka mendapatkan informasi dan mengakses karya seni dengan mediasi sesedikit mungkin. Mereka sering kali suka terhubung langsung dengan seniman atau galeri dan mengenal karya seni tersebut sebelum memutuskan. Akses ke teknologi dan media sosial memungkinkan hal ini. Tren ini telah menjadi faktor pendorong di banyak galeri seni dan museum terkemuka, yang kini membagikan koleksi mereka secara daring. Hal ini, pada gilirannya, telah menghasilkan peningkatan kesadaran publik dan kesempatan untuk berbagi karya seni dan sejarahnya dengan lebih banyak calon pelanggan. Banyak seniman dan galeri kini berinteraksi langsung dengan pelanggan, sehingga memudahkan calon kolektor atau kritikus untuk mengakses dan mengevaluasi karya seni.
Saluran media sosial seperti Instagram dan Pinterest memudahkan pelanggan untuk menemukan seniman atau lembaga seni baru. Museum dan galeri juga berupaya keras dalam penjangkauan media sosial untuk menarik perhatian pelanggan dan menjangkau audiens yang kritis. Sebagian besar galeri kelas atas memiliki ruang pameran daring, selain lembaga konvensional. Membeli karya seni daring juga menarik bagi Generasi Y karena harga yang sering kali lebih murah saat karya seni tersedia daring dan kebebasan untuk terhubung langsung dengan seniman. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk berbagi perolehan karya seni terbaru mereka dengan rekan-rekan mereka dan menumbuhkan mentalitas ‘kalau belum mengunggahnya, apa kamu sudah melakukannya?’.
Dampak Budaya
Anehnya, generasi milenial sebagian besar dianggap kurang berempati dan sering kali egois serta lebih tertarik pada budaya dan seni daripada yang mereka kira. Di zaman ketika kemajuan teknologi biasanya berhasil melucuti identitas seseorang, generasi milenial kini, lebih dari sebelumnya, tertarik untuk menonjolkan identitas unik mereka sendiri. Budaya, dalam satu sisi, merupakan media untuk melestarikan masa lalu, dan generasi milenial berkembang pesat karena nostalgia atau gagasan mereka tentang masa ketika kehidupan lebih mudah. Hal ini terwujud dalam berbagai cara seperti upaya mereka untuk menjadi bagian dari renovasi bangunan bersejarah, mempertahankan karakter aslinya sambil membuatnya tetap dapat digunakan saat ini, dan kemauan mereka untuk mendukung kerajinan tangan dan pengrajin daerah. Tindakan sosial dan politik yang diambil oleh generasi milenial, seperti aktivisme daring dan mendorong reformasi pada isu-isu yang penting bagi mereka, membuktikan bahwa mereka sangat menyatu dengan tatanan sosial-politik dan budaya masyarakat tempat mereka tinggal dan juga menunjukkan dampaknya yang mendalam pada kehidupan mereka.
Jenis Seni yang Menarik Minat Generasi Y
Generasi milenial cenderung tertarik pada karya seni yang dapat mereka hubungkan dengan kehidupan pribadi. Mereka cenderung menilai sebuah karya seni berdasarkan daya tarik estetikanya dan emosi yang dapat ditimbulkannya, bukan hanya karena karya tersebut memiliki nama
seniman terkenal. Generasi ini tampaknya tertarik pada karya seni kontemporer dan karya seni yang menjauhi metode tradisional dan menggunakan bahan serta media yang tidak biasa. Generasi
milenial mengubah cara seni dipersepsikan, dan pasar seni beroperasi. Dengan karakteristik baru mereka, para penikmat seni Gen Y yang paham teknologi ini mendorong perubahan besar di pasar seni tradisional di seluruh dunia. Mereka telah berhasil meninggalkan jejak khas dan tak terhapuskan mereka sendiri di industri seni.