Ravi Varma

Raja Ravi Varma adalah salah satu seniman India yang paling terkenal pada abad ke-19. Ia adalah seniman yang populer dan penting pada masa itu, yang memadukan kepekaan Eropa dengan lanskap artistik tradisional India, sehingga mengukir ceruk tersendiri bagi dirinya.

Masa kecil Raja Ravi Varma dihabiskan di dusun kecil Kilimanoor, sekitar 40 km di utara Trivandrum di Kerala. Ia berasal dari keluarga bangsawan, yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga penguasa di Trivandrum. Keluarganya memiliki bakat kreatif dan memiliki pengaruh yang besar terhadap Ravi Varma muda. Ayahnya adalah seorang sarjana bahasa Sansekerta, dan ibunya adalah seorang penyair. Pamannya adalah seorang seniman amatir, yang melukis dengan gaya Tanjore. Jadi, ketika Ravi Varma mulai menunjukkan bakat artistiknya, pamannyalah yang mendorongnya dengan pelajaran-pelajaran awalnya.

Ia adalah pelopor dalam bidang seni, yang berhasil memadukan ikonografi India dengan teknik melukis Barat. Karya-karyanya yang produktif meliputi lukisan tokoh mitologi India, Dewa, Dewi, potret bangsawan bergaya studio, dan pemandangan dari kehidupan sehari-hari. Ia adalah salah satu seniman India pertama yang memamerkan lukisannya di luar negeri. Ia revolusioner dalam kontribusinya terhadap dunia seni India, dengan mendirikan percetakan litografi sehingga lukisannya dapat diakses oleh masyarakat umum.

Ia dianugerahi Kaiser-i-Hind, medali emas, atas jasanya kepada British Raj, pada tahun 1904. Bahkan setelah satu abad, karyanya masih dikenang dan dijual dengan harga jutaan dolar di rumah-rumah seni terkemuka di seluruh dunia.

Litograf

Mitologi India adalah harta karun cerita yang sesungguhnya, penuh dengan fantasi, petualangan, tragedi yang menyayat hati, romansa, dan misteri. Tidak mengherankan bahwa karakter-karakter yang mengisi legenda-legenda mistis ini berhasil memikat imajinasi orang-orang yang membacanya. Sebagai seniman yang luar biasa, Raja Ravi Varma berhasil memberikan kehidupan baru kepada karakter-karakter ini, dengan menata ulang mereka dan menunjukkan sisi manusiawi yang langka kepada mereka, sambil memindahkan mereka ke dalam lukisan-lukisannya yang menakjubkan.

Litograf yang ditampilkan di sini berjudul, Mohini, sang penggoda. Judulnya berdasarkan lukisan cat minyak asli karya Ravi Varma, yang berjudul, Mohini di ayunan. Lukisan ini menggambarkan, Mohini, wujud perempuan atau avatar Dewa Wisnu, yang ditampilkan dalam cerita rakyat dahulu kala. Mohini disebutkan dalam kitab Purana, sebagai penggoda, yang memikat dan mempesona para setan dengan kecantikannya dan membujuk mereka untuk menyerah dan membiarkan Dewa mencicipi sari kehidupan terlebih dahulu. Kali berikutnya Dewa Wisnu mengambil avatar Mohini adalah untuk menyelamatkan Dewa Siwa dari cengkeraman iblis yang tangguh dan tak terkalahkan, Bhrahmasura. Dalam lukisan yang indah ini, Mohini ditampilkan sedang duduk di ayunan di bawah naungan pohon yang megah. Ia mengenakan pakaian putih, mungkin sari, dengan pinggiran emas yang mewah dan perhiasan sederhana. Gelang dan kalung tampaknya menonjolkan pergelangan tangannya yang halus dan leher yang ramping. Mohini ditangkap di sini dalam momen langka dan ceria, dengan rambutnya yang tertiup angin menjuntai di belakangnya dan kakinya di udara, saat ia mencoba untuk berayun lebih tinggi.

Latar belakang yang indah, dengan sentuhan artistik khas Ravi Varma, berfungsi untuk menonjolkan keindahan lukisan tersebut. Ravi Varma sebagai seorang seniman sering kali berhasil melewati batas tipis antara dunia nyata dan dunia imajiner, terutama dalam hal menggambarkan wanita. Ia menggunakan banyak elemen seperti pakaian yang dihias dengan mewah, perhiasan, bahkan bunga dan buah untuk menonjolkan keindahan inspirasinya dan untuk menonjolkan suasana hati mereka dalam lukisan tersebut. Misalnya, dalam lukisannya yang terkenal ‘Radha in the moonlight’, nayika Radha terlihat duduk di atas batu, di samping air yang mengalir yang memantulkan cahaya bulan. Senyum samar dan tatapannya mengisyaratkan fakta bahwa ia mungkin telah melihat Krishna, yang sedang mendekatinya. Bahasa tubuhnya, cara sarinya ditarik di bahunya, dan kecantikannya yang bercahaya, mengungkapkan fakta bahwa ia adalah seorang pecinta sekaligus pemuja Dewa Krishna. Patung pooja kuningan di sebelahnya, dengan campuran bunga, manisan, dan buah, melambangkan unsur kesalehan dan pengabdian yang ada dalam diri Radha. Di sini, saat unsur ilahi dan fana menyatu, hubungan tersebut ditunjukkan pada level spiritual juga. Seluruh suasana lukisan tersebut tampak seperti ketenangan, sementara dalam kasus ‘Mohini’ tampak ada unsur sensualitas dan keceriaan yang agung. Mohini, meskipun berstatus surgawi, menikmati momen keajaiban duniawi, saat ia berayun lebih tinggi. Sarinya yang tembus pandang dan bahasa tubuh yang lesu dalam pengabaian yang riang, saat ia menikmati momen tersebut merupakan ode bagi sifatnya yang menggoda dan menanamkan lukisan tersebut dengan nada sensualitas. Seniman tersebut dengan terampil memadukan keindahan dewi yang bercahaya dan rayuan serta keceriaan bidadari untuk menciptakan penyihir asli Mohini, dalam komposisi yang liris dan menawan ini.

Pada tahun 1979, pemerintah India menyatakan lukisan Ravi Varma sebagai harta nasional dan melarang ekspor lukisan tersebut. Sebagian besar karyanya dipamerkan di museum atau dimiliki oleh kolektor pribadi. Kelangkaan lukisan-lukisan ini yang dijual dan dilelang serta eksklusivitasnya yang tinggi, menjadikannya sebagai investasi bernilai tinggi. Lelang ini penting karena memberikan kesempatan istimewa kepada pembeli untuk memiliki lukisan langka yang telah memikat imajinasi banyak orang di seluruh dunia. Fakta bahwa cetakan ini sangat langka membuatnya menjadi barang koleksi yang unik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *